Files under Cerita
Motivasi | Posted by admin

Boleh jadi anda mengira bahwa
percakapan diatas itu sekedar rekaan belaka. Tapi, jika anda mengikuti
perkembangan dunia bisnis internasional akhir-akhir ini; anda akan menemukan
bahwa pembicaraan semacam itu sungguh-sungguh terjadi didunia nyata.
‘Korbannya’? Banyak. Mulai dari orang nomor satu di bank terkemuka. Pemimpin perusahaan
farmasi tercanggih. Hingga raksasa minuman berbahan dasar kopi yang aroma
ketenarannya sampai kesini. Bahasa politik boleh mengatakannya dengan halus,
semisal; pensiun dini atau golden shake hand. Tetapi, dalam bahasa kita; itu
tidak beda dengan tiga huruf mengerikan bernama P. Dan H. Dan K. Sounds
familiar, right? Yes, that PHK.
Anda tentu masih ingat kisah tragis
legendaris yang menimpa kapal pesiar Titanic yang tenggelam pada tanggal 14
April 1912. Peristiwa itu diperkirakan menelan 1,500 korban jiwa. Para ahli
mempercayai bahwa faktor utama yang menyebabkan banyaknya jumlah korban jiwa
bukanlah semata-mata tenggelamnya kapal tersebut, melainkan; kurangnya jumlah
sekoci yang ada dikapal itu dibandingkan dengan jumlah penumpang yang ada.
Mereka begitu yakin bahwa Titanic tidak bisa tenggelam. Jadi, mengapa harus
menyediakan sekoci? Konon, ketika perisiwa itu terjadi; sesungguhnya masih
banyak waktu untuk melakukan penyelamatan. Namun, karena jumlah sekoci
penyelamat hanya sedikit, hanya sebagian kecil saja yang bisa diselamatkan.
Dalam kehidupan kerja pun kita
sering berpikir seperti itu. Kita begitu yakin bahwa kapal yang kita gunakan
untuk mengarungi samudera dunia kerja ini tidak akan tenggelam. Sehingga kita
tidak merasa penting untuk memiliki sekoci. Tetapi, berapa banyak sudah
perusahaan yang gulung tikar dan kemudian tenggelam seperti halnya Titanic?
Jika kita boleh berkata tanpa sensor, sesungguhnya dunia kerja kita lebih
beresiko daripada Titanic. Apa yang terjadi pada Titanic adalah musibah bagi
semua penumpang. Semua orang menghadapi masalah yang sama. Sebab; orang baik
tidak ditendang keluar dari kapal. Tetapi, dalam sebuah perusahaan; sudah
sering terjadi seorang karyawan ditendang keluar dari bahtera perusahaan
semudah itu. Seperti peristiwa yang menimpa sang CEO diatas itu.
Jika itu bisa terjadi kepada
pimpinan puncak sebuah perusahaan; maka tidak heran jika bisa dengan sangat
gampangnya menimpa karyawan- karyawan dilevel lainnya. Ya. Tentu saja. Anda
sudah tahu itu. Bahkan mungkin sudah banyak teman anda yang terkena PHK juga.
Sayangnya, saat ini pun kita masih begitu yakinnya untuk mengatakan bahwa kita
tidak akan mengalami nasib seperti itu. Sungguh, tidak ada yang menjaminnya.
Sebab, bagaimanapun juga itu bisa menimpa siapa saja. Karyawan yang jelek.
Karyawan yang bagus. Karyawan dilevel manapun juga. Direktur? Sudah banyak
direktur yang terkena PHK juga, bukan?
Seseorang mungkin menganggap anda
terlampau pesimis dalam memandang masa depan pekerjaan. Ada bedanya antara
sikap pesimis dengan sikap antisipatif. Seseorang yang pesimis, memandang dari
sisi negatif, dan dia tidak melakukan apa-apa untuk mempersiapkan dirinya,
kecuali memelihara perasaan was-was. Sedangkan, orang yang antisipatif,
memandang sebuah resiko secara rasional dan proporsional. Lalu dia
mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi sulit jika terjadi sewaktu-waktu.
PHK adalah resiko kita sehari-hari.
Kita tidak perlu terlampau percaya diri dengan mengatakan bahwa hal itu tidak
akan pernah terjadi pada kita. Atau sebaliknya terlalu takut jika mengalaminya.
Sebab, selama kita ‘mempersiapkan diri kita untuk menghadapi kemungkinan itu,’
maka yakinlah bahwa masa depan kita akan baik-baik saja. Paling tidak, kita
tidak terlampau syok, jika itu benar-benar terjadi. Dan yang lebih penting dari
itu adalah; memulai mempersiapkan ‘sekoci’ itu dari saat ini. Sekoci yang
selalu siap digunakan jika sewaktu-waktu kita membutuhkannya.
Begitu beragamnya reaksi orang
ketika terjadi PHK. Ada yang panik. Ada yang biasa-biasa saja. Ada pula yang
senang alang kepalang. Ada orang yang mendapatkan ‘golden shake hand’ tetapi
hatinya miris dan menghadapi dunia didepannya dengan tatapan pesimis. Ada yang
mendapatkan uang pesangon sekedar sesuai dengan peraturan yang tertuang dalam
undang-undang; namun, memandang masa depannya dengan antusias dan optimis.
Mengapa sikap mereka bisa beda begitu ya? Ternyata, orang-orang yang sudah
‘mempersiapkan’ dirinya untuk situasi sulit seperti itu lebih bisa menghadapi
kenyataan itu. Mereka melihat sisi terangnya. Dan mereka menemukan bahwa; itu
bukanlah akhir dari segala-galanya.
0 komentar on " Selamat Pagi, Anda Kena PHK!"
Posting Komentar